Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) UMS kembali mengadakan kajian bulanan sivitas akademika Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dalam bentuk Webinar berseri yang dilakukan secara daring.
Kajian Seri ke-4 ini dilaksanakan pada hari Jum’at 22 Januari 2021. Kajian kali ini membahas tentang Tujuh Falsafah Perjuangan KH. Ahmad Dahlan oleh Drs. A. Dahlan Rais, M.Hum (Ketua PP Muhammadiyah) yang dimoderatori oleh Dr. Mutohharun Jinan, M.Ag. Sebagaimana diketahui, kajian seri-1 dilaksanakan tanggal 15 Oktober 2020 dengan narasumber Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si (Ketua Umum PP Muhammadiyah) sedangkan kajian seri ke-2 dilaksanakan pada tanggal 26 November 2020 dengan narasumber Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed dengan tema Ideologi Muhammadiyah I: Muqaddimah Anggaran Dasar dan Matan Keyakinan & Cita-cita Hidup Muhammadiyah, Kondisi Kontekstual saat ini. Kemudian seri ke-3 tanggal 29 Desember 2020 dengan tema Idiologi Muhammadiyah 2: Kepribadian dan Khittah Perjuangan Muhammadiyah.
Seri ke-4 kali ini dihadiri oleh 682 peserta yang terdiri dari dosen dan tenaga kependidikan (tendik) UMS. Turut hadir pula oleh Rektor Prof. Dr. Sofyan Anif, M.Si., Wakil Rektor I Prof. Dr. Muhammad Da’i, S.Si, Apt, M.Si, Wakil Rektor IV Dr. Muhammad Musiyam, Kepala BPSDM Prof. Dr. Budi Murtiyasa, M.Kom.
Rektor Prof. Dr. Sofyan Anif, M.Si membuka acara dan memberikan sambutan “5 tema besar yang diusung dalam kajian ini adalah menekankan penguatan ideologi Muhammadiyah. Ini sangat penting sekali untuk menjadi komitmen kita untuk mendukung satu kekuatan yang utuh dalam memperkuat komitmen diri kita masing-masing untuk ikut memberikan kontribusi menambah khasanah dan memperkuat jati diri agar mampu berkontribusi untuk perkembangan Muhammadiyah, UMS, Bangsa dan Negara”.
Adapun 7 Falsafah Perjuangan KH. Ahmad Dahlan adalah sebagai berikut
- Hidup di dunia akhirat oriented, tetap beraktifikas di dunia namun tetap memperhatikan akhirat
- Kebanyakan di antara manusia berwatak angkuh dan takabur, mereka mengambil keputusan sendiri-sendiri.
- Manusia itu, kalau mengerjakan sesuatu apapun, sekali, dua kali, berulang kali, maka kemudian akan menjadi biasa. Kalau sudah menjadi kesenangan yang dicintai, maka kebiasaan yang dicintai itu sukar untuk diubah. Sudah menjadi tabiat, bahwa kebanyakan manusia membela adat kebiasaan yang telah diterima, baik itu dari sudut keyakinan atau iktikad, perasaan kehendak maupun amal perbuatan. Kalau ada yang akan merubah, mereka akan sanggup membela dengan mengorbankan jiwa raga. Demikian itu karena anggapannya bahwa apa yang dimiliki adalah benar.
- Manusia perlu digolongkan menjadi satu dalam kebenaran, harus bersama-sama menggunakan akal pikirannya untuk untuk memikirkan, bagaimana sebenarnya hakikat dan tujuan manusia hidup di dunia harus mengerjakan apa? Dan mencari apa? Dan apa yang dituju? Manusia harus mempergunakan pikirannya untuk mengoreksi soal iktikad dan kepercayaannya, tujuan hidup dan tingkah lakunya, mencari kebenaran sejati. Karena kalau hidup di dunia hanya sekali ini sampai sest, akibatnya akan celaka dan sengsara selama-lamanya.
- Setelah manusia mendengarkan pelajaran-pelajaran fatwa yang bermacam-macam, membaca beberapa tumpuk buku. Sekarang, kebiasaan manusia tidak berani memegang teguh pendirian dan perbuatan yang benar karena khawatir kalau menetapi kebenaran, akan terpisah dari apa-apa yang sudah menjadi kesayangannya, khawatir akan terpisah dengan teman-temannya. Pendek kata, banyak kekhawatiran dan akhirnya tidak berani mengerjakan barang yang benar, kemudian hidupnya seperti makhluk yang tak berakal, hidup asal hidup, tidak menempati kebenaran.
- Kebanyakan pemimpin-pemimpin rakyat, belum berani mengorbankan harta benda dan jiwanya untuk berusaha tergolongnya umat manusia dalam kebenaran. Malah pemimpin-pemimpin itu biasanya hanya mempermainkan, memperalat manusia yang bodoh dan lemah.
- Pelajaran terbagi atas dua bagian: belajar ilmu, pengetahuan atau teori dan belajar amal, mengerjakan atau mempraktekkan. Semua pelajaran harus dengan cara sedikit demi sedikit, setingkat demi setingkat. Demikian juga dalam belajar amal, harus bertingkat. Kalau setingkat saja belum dapat mengerjakan, tidak perlu ditambah.
Semoga dengan diadakannya Kajian Bulanan Sivitas Akademika UMS ini dapat memberikan keberkahan bagi kita semua. Sehingga mampu memberikan kontribusi yang baik untuk kemajuan UMS dan persyarikatan Muhammadiyah.